Kisah Ispiratif

Selasa, 15 Februari 2011

Kisah Seekor Kupu-Kupu


            Suatu sore, di belakang rumah ada seorang anak yang sudah berusia remaja sekitar 19 tahun dengan seorang ibu yang telah berusia lanjut. Mereka saling bercengkrama di belakang rumah yang teduh karena banyak pepohonan nan rindang dan banyak bunga-bunga yang indah pula. Tiba-tiba ada seekor kupu-kupu manis yang hinggap di atas sebuah bunga. Sang ibu,”Anaku coba lihat di atas bunga itu. Apakah itu?” sang anak langsung melihat bunga yang dimaksud ibunya.”Itu kupu-kupu ibu.” Jawabnya. Ibunya hanya tersenyum memandangi anaknya.”Anaku, apakah itu?” Ibunya bertanya lagi. “Itu Kupu-kupu Ibu.” Jawab sang anak untuk kedua kalinya.“ Sang ibu pun hanya tersenyum dan bertanya kembali, “Anakku, apakah itu?” “Ibu itu kupu-kupu.” Sang anak mulai agak jengkel dengan pertanyaan ibunya. Ibunya kembali tersenyum dan bertanya untuk yang keempat kalinya,”Anaku apa itu?”.”Kupu-kupu ibu, itu kupu-kupu!” Dengan suara keras dan jengkel sang anak menjawabnya.
            Sang ibu hanya tersenyum dan pergi meninggalkan anaknya menuju kamar pribadinya. Disana ia membuka sebuah lemari dan terdapat buku kecil yang agak kusam. Ia buka lembar demi lembar, terdapat corat-coretan indah di sana. Ternyata itu buku diarynya 14 tahun yang lalu. Buku yang senantiasa menemani hari-harinya. Setelah agak lama lembaran demi lembaran ia buka, ia berhenti pada satu lembaran yang berisi kisah 14 tahun yang lalu. Masih tertulisa dengan jelas sebuah kisah ia dengan anaknya yang masih berumur 5 tahun.
            Dalam lembaran itu tertulis ada dua orang yang sedang bermain gembira, yaitu ibu dengan anaknya yang berusia 5 tahun. Di tengah kegembiraan mereka ada seekor kupu-kupu yang hinggap pada sebuah bunga di taman belakang rumah meraka. Sang anak bertanya pada ibunya,”Ibu apa itu ibu?”, sang ibu tersenyum dan menjawab, “Kupu-kupu anakku.”. Sang anakpun bertanya kembali,”Itu apa ibu?” “Kupu-kupu anakku.” Pertanyaan it uterus terulang sampai beberapa kali. Tapi sang ibu masih dengan setia, dengan penuh kasih sayang dan lembutan menjawab,”Kupu-kupu nak.” Membaca ceritanya sendiri sang ibu hanya bisa meneteskan airmata Tiada bosan ia mengasihi anaknya.
            Luar biasa kesabaran seorang ibu kepada anaknya. Dari ia masih di dalam kandungan sampai ia tumbuh dewasa pun kasih sayangnya tiada henti. Dia begitu sabar dalam menjaga dan merawat kita. Malam ia korbankan demi kita, mimpi ia kesampingkan demi kita, makan pun ia sisihkan untuk kita. Segala kepentingannya ia relakan demi memenuhi kebutuhan kita. Tapi terkadang dengan mudah mulut ini membentak, membantah bahkan menghina orang begitu berjasa dalam hidup kita.
            Sahabat, ingatlah ia dulu begitu sabar. Akankah pengorbanan dan segala kesabarannya kita balas dengan kemarahan, ketidaksaran kita dan kelakuan kasar kita kepadanya. Tegakah kita membuat ia menangis sendiri di sudut rumah karena tidak percaya akan tingkah laku kita. Mari perbaiki ucapan dan tuturkata kita kepadanya. Maafkan aku Ibu …

 By : Rendi Handoko

Tidak ada komentar: