Kisah Ispiratif

Selasa, 14 Juni 2011

Be Your Self


Ya, menjadi diri sendiri terkadang begitu berat. Kita terlalu banyak mengidolakan seseorang. Sampai-sampai kita berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadi orang yang kita idolakan itu. Menyamakan diri kita seakan kita adalah duplikasi atau kembarannya. Apapun kita lakukan, dari segi bicara, pakaian, sikap, bahkan senyuman pun berusaha kita samakan. Jika ada orang mengatakan bahwa kita mirip dengan orang kita idolakan, sungguh bangganya kita. Apalagi jika ada orang yang mengatakan bahwa, kita adalah kembarannya atau pasha ke dua, justin ke dua, adiknya Mario teguh (misalnya), dan lain sebagainya, pasti kita akan sangat bangga.
Tapi perlu kita ingat dan camkan bersama teman. Sekarang ada dua pilihan di tangan kita. Kita ingin sukses dan dikenal banyak orang, tetapi di bawah bayang-bayang nama orang lain. Ataukah kita bisa sukses dan terkenal tanpa berada di bawah bayang-bayang orang lain, alias itu karena usaha Kita.
Jika kita memilih yang pertama, maka selamanya kita tidak akan menjadi orang yang nomor satu. Kita akan menjadi yang nomor dua bahkan menjadi nomor tiga dan seterusnya. Seberapun kesuksesan kita, seberapa keraspun kerja dan usaha kita, kita tidak akan menjadi nomor satu. Kita akan disebut-sebut tetapi dengan bayang-bayang nama orang lain.
Mungkin ada yang berfikiran “Nggak apa-apa deh, jadi nomor dua, yang pentingkan bisa sukses”. Hai sobat, sekali sukses ya harus sukses. Jadilah sorang pemenang sejati. Jadilah yang nomor satu. Hidup Cuma sekali, mari kita manfaatkan dengan semaksimal dan sebaik mungkin hidup ini. Janganlah ada penyesalan di hari nanti.
Jadi, jadilah diri sendiri untuk menggapai sebuah kesuksesan. Banggalah pada diri kita. Dengan potensi yang kita miliki dan yang terpenting banggalah dengan apa yang telah Allah berikan pada Kita. Apapun itu, walau terkadang orang mengatakan apa yang kita punya ini adalah jelek, buruk, kita tidak punya potensi. Itukan kata orang, Kita yakin kita pasti bisa.
Percayalah pada diri kita, tidak salah mengidolakan seseorang, menjadikan ia motivator kita. Dan kita ingin bisa menjadi seperti dia. Tidak salah, itu benar. Tapi alangkah baiknya semua  presepsi itu kita ubah. Kita boleh mengagumi seseorang, meniru jalan suksesnya, mencontoh dia. Tetapi yang terpenting “Saya harus menjadi lebih baik dari dia, menjadi lebih sukses daripada dia”…
Jadikan idola kita, orang yang kita kagumi menjadi motivator yang kita menjadi batu loncatan dan tumpuan dalam perjalanan kita. Jadilah diri sendiri. Buat kita nomor satu dan buat diri kita sukses tanpa harus dibayang-banyangi nama oranglain. Buat semua orang mengenal kita dengan menyebut nama kita saja, tidak ada nama-nama orang lain yang disematkan pada nama kebanggaan kita itu. Tetap semangat. Jadilah diri sendiri, maksimalkan potensi, syukuri apa yang telah Ia berikan kepada kita. Sekian

Senin, 21 Februari 2011

Lonceng Berdarah


            Alkisah, ada sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu dan seorang anaknya. Setelah kepergian sang kepala rumah tangga, ibu ini bersusah payah berkerja demi menghidupi keluarganya. Namun ia tidak menyesali dan juga tidak bersedih harus bekerja terus menerus walau dia seorang wanita. Tapi dia sanngat kecewa dan sedih melihat tingkah laku anaknya yang begitu buruk. Anaknya suka berjudi, mencuri, dan segala kejahatan-kejahatan lainnnya sering ia lakukan.
            Di setiap doanya sang ibu tidak bosan-bosan untuk terus meminta kepada Allah agar anaknya diberi hidayah dan ia memohon agar sebelum ia meninggal nanti, ia masih diberi kesempatan untuk melihat anaknya bertaubat.
            Suatu ketika, si anak ini ketahuan mencuri di rumah salah satu penduduk desa di.sana Dan ia langsung dibawa ke hadapan raja untuk diadili. Sesuai dengan adat serta hokum di daerah itu, bahwa seorang pencuri yang tertangkap basah maka ia harus di hokum mati dengan cara di pancung. Akhirnya hukuman pun dijatuhkan dan di tetapkan dua hari lagi ia akan di eksekusi di tengan lahan lapang dan disaksikan oleh semua penduduk desa.
            Sang ibu yang sudah sangat tua mendengar kabar tersebut bertambahlah kesedihannya. Ia berusaa menemui sang raja bdan minta agar diringankan hukuman bagi anaknya dan ia juga rela untuk menggantikan hukuman bagi anaknya. Tapi sang raja tetap dalam pendiriannya.
            Hari eksekusi pun tiba, semua warga desa telah berkumpul di tempat yang telah di tentukan. Semua warga ingin sekali menyaksikan pencuri itu di hokum pancung. Algojo telah siap dengan pedang besar dan tajamnya itu. Tinggal menunggu komando dari sang penjaga lonceng. Karena kepala baru bisa dipenggal setelah lonceng berbunyi. Kepala si anak ini telah berada tepat di atas alat pemancung. Di detik-detik akhir hidupnya, ia teringat wajah ibunya yang begitu tua dan ia menyesal dengan apa yang telah ia perbuat selama ini. Penyesalan yang sangat luar biasa tapi tak ada gunanya, karena sebentar lagi berakhir sudah hidupnya di pancungan tersebut.
            Seudah beberapa menit menunggu tetapi lonceng itu tidak berbunyi sama sekali. Di tarik-tarik tali yang digunakan untuk membunyikan lonceng besar itu dengan kuat, tetapi lonceng itu tak kunjung juga berbunyi. Raja, warga dan para algojo pun kebingungan. Di tambah dari dalam lonceng itu mengalir darah.
            Akhirnya petugas lonceng itu naik ke atas dan memeriksanya. Semua orang tercengang ternyata di sana ada wanita tua yang mengakatkan dirinya di tenggah bandul lonceng itu untuk menahan agar lonceng itu tidak berbunyi. Karena itulah kepala wanita tua itu pecah berbenturan terus menerus dengan lonceng. Pecahlah tangis si pencuri ini karena ternyata wanita tua itu adalah ibu kandungnya. Ia rela untuk mengorbankan dirinya hanya untuk berusaha menunda hukuman bagi anaknya walaupun hanya sebentar.
            Wanita tua itu meninggal dengan keadaan tersenyum, karena ia memohon kepada Allah dalam setiap doanya untuk melihat anaknya bertobat akan kesalahannya. Dan ia melihat itu semua walau di akhir hidupnya dan juga sekaligus akhir hidup dari anaknya. Doa wanita tua yang begitu tulus dan segala pengorbanannya yang begitu besar kepada sang anak akhirnya membawanya ke hadapan yang maha pencipta.

Selasa, 15 Februari 2011

Kisah Seekor Kupu-Kupu


            Suatu sore, di belakang rumah ada seorang anak yang sudah berusia remaja sekitar 19 tahun dengan seorang ibu yang telah berusia lanjut. Mereka saling bercengkrama di belakang rumah yang teduh karena banyak pepohonan nan rindang dan banyak bunga-bunga yang indah pula. Tiba-tiba ada seekor kupu-kupu manis yang hinggap di atas sebuah bunga. Sang ibu,”Anaku coba lihat di atas bunga itu. Apakah itu?” sang anak langsung melihat bunga yang dimaksud ibunya.”Itu kupu-kupu ibu.” Jawabnya. Ibunya hanya tersenyum memandangi anaknya.”Anaku, apakah itu?” Ibunya bertanya lagi. “Itu Kupu-kupu Ibu.” Jawab sang anak untuk kedua kalinya.“ Sang ibu pun hanya tersenyum dan bertanya kembali, “Anakku, apakah itu?” “Ibu itu kupu-kupu.” Sang anak mulai agak jengkel dengan pertanyaan ibunya. Ibunya kembali tersenyum dan bertanya untuk yang keempat kalinya,”Anaku apa itu?”.”Kupu-kupu ibu, itu kupu-kupu!” Dengan suara keras dan jengkel sang anak menjawabnya.
            Sang ibu hanya tersenyum dan pergi meninggalkan anaknya menuju kamar pribadinya. Disana ia membuka sebuah lemari dan terdapat buku kecil yang agak kusam. Ia buka lembar demi lembar, terdapat corat-coretan indah di sana. Ternyata itu buku diarynya 14 tahun yang lalu. Buku yang senantiasa menemani hari-harinya. Setelah agak lama lembaran demi lembaran ia buka, ia berhenti pada satu lembaran yang berisi kisah 14 tahun yang lalu. Masih tertulisa dengan jelas sebuah kisah ia dengan anaknya yang masih berumur 5 tahun.
            Dalam lembaran itu tertulis ada dua orang yang sedang bermain gembira, yaitu ibu dengan anaknya yang berusia 5 tahun. Di tengah kegembiraan mereka ada seekor kupu-kupu yang hinggap pada sebuah bunga di taman belakang rumah meraka. Sang anak bertanya pada ibunya,”Ibu apa itu ibu?”, sang ibu tersenyum dan menjawab, “Kupu-kupu anakku.”. Sang anakpun bertanya kembali,”Itu apa ibu?” “Kupu-kupu anakku.” Pertanyaan it uterus terulang sampai beberapa kali. Tapi sang ibu masih dengan setia, dengan penuh kasih sayang dan lembutan menjawab,”Kupu-kupu nak.” Membaca ceritanya sendiri sang ibu hanya bisa meneteskan airmata Tiada bosan ia mengasihi anaknya.
            Luar biasa kesabaran seorang ibu kepada anaknya. Dari ia masih di dalam kandungan sampai ia tumbuh dewasa pun kasih sayangnya tiada henti. Dia begitu sabar dalam menjaga dan merawat kita. Malam ia korbankan demi kita, mimpi ia kesampingkan demi kita, makan pun ia sisihkan untuk kita. Segala kepentingannya ia relakan demi memenuhi kebutuhan kita. Tapi terkadang dengan mudah mulut ini membentak, membantah bahkan menghina orang begitu berjasa dalam hidup kita.
            Sahabat, ingatlah ia dulu begitu sabar. Akankah pengorbanan dan segala kesabarannya kita balas dengan kemarahan, ketidaksaran kita dan kelakuan kasar kita kepadanya. Tegakah kita membuat ia menangis sendiri di sudut rumah karena tidak percaya akan tingkah laku kita. Mari perbaiki ucapan dan tuturkata kita kepadanya. Maafkan aku Ibu …

 By : Rendi Handoko